Karena
keterkenalan beliau dalam pada perayaan maulid nabi Muhammad saw pada
tahun 1075 H (1665) diundang ke Istana Darud Donya oleh Sultanah Ratu
Safiatuddinsyah (1641-1675). Dalam pertemuan tersebut Syeikh Abdur Rauf
memperkenalkan diri bahwa selama ini dia menyamar sebagai nelayan dan
tabib untuk memperbaiki kerusakan akhlak generasi Aceh.
Dia
menuturkan bahwa perhatian Sultanah Safiatuddin Syah terhadap persoalan
ini sangat minim. Karena itu pula kemudian Syeikh Abdurrauf diangkat
menjadi waliul amri dan mufti kerajaan Aceh sampai beliau wafat pada
malam Senin, 23 Syawwal 1106 H/1695M (Wan Mohd. Shaghir Abdullah:2008)
Pengalaman
kampung Bideun dan sosok Syeikh Abdur Rauf memang jarang diangkat ke
permukaan. Yang menarik adalah sosok ulama ini dalam mengubah tatanan
masyarakat yang sudah hancur menggunakan cara yang santun. Untuk
mengubah komplek pelacuran dia memadukan kekuatan dunia dan batini. Dari
aspek duniawi, dia memperlihatkan bagaimana seorang ulama yang ingin
mencari rezeki yang halal, tanpa menadah tangan ke atas. Sedangkan dalam
nuansa kebatinan dia mampu memperlihatkan bagaimana peran tarekat di
dalam membasmi maksiat.
Kampung
Bideun memang tidak ada lagi pelacuran. Namun isu pelacuran di Aceh dan
anak-anak Aceh yang menjadi pelacur di luar Aceh adalah fenomena yang
tidak dapat disangkal. Karena itu, kita berhadap ada generasi seperti
Syeikh Abdur Rauf yang mampu mengubah tatanan seperti kampung Bideun dan
kampung-kampung lain yang sudah rusak di Aceh. Inilah sebenarnya
harapan kita pada ulama saat ini, yaitu harus mengelola aspek dunia dan
batini untuk memperbaiki moral masyarakat.
Memberantas
maksiat dengan lemah-lembut, bukan dengan paksaan. Terjun langsung ke
lapangan dengan tinggal bersama mereka. Tidak membuat jarak atau
memusuhi mereka. Tidak ada sikap anarkis yang diperlihatkan oleh Abdur
Rauf dalam mengubah kampung rostitusi menjadi kampung yang islami.
Demikian
pula, Syeikh Abdur Rauf walaupun dikenal memiliki karya intelektual
yang diakui di dunia, namun perannya dalam masyarakat tidak dapat
diabaikan. Sebelum menjadi wali amri pemerintah Aceh, terlebih dahulu
dia menjadi rakyat supaya mengerti betul masalah rakyat. Jadi, jika
kemudian di Aceh ada isu menjadi wali nanggroe, maka perlu meniru gaya
keulamaan Syeikh Abdur Rauf tersebut. Sebab, bagaimana pun persoalan
Kampung Bideun pada era Sultanat, tetap bisa dijumpai pada masa
sekarang. Hanya saja, kita belum mendapatkan sosok yang mirip dengan
Syeikh Abdur Rauf.
0 comments:
Post a Comment