728x90 AdSpace

  • Latest News

    Saturday, 21 March 2015

    Kampong biduen di aceh pada masa dulu


    Karena keterkenalan beliau dalam pada perayaan maulid nabi Muhammad saw pada tahun 1075 H (1665) diundang ke Istana Darud Donya oleh Sultanah Ratu Safiatuddinsyah (1641-1675). Dalam pertemuan tersebut Syeikh Abdur Rauf memperkenalkan diri bahwa selama ini dia menyamar sebagai nelayan dan tabib untuk memperbaiki kerusakan akhlak generasi Aceh.

    Dia menuturkan bahwa perhatian Sultanah Safiatuddin Syah terhadap persoalan ini sangat minim. Karena itu pula kemudian Syeikh Abdurrauf diangkat menjadi waliul amri dan mufti kerajaan Aceh sampai beliau wafat pada malam Senin, 23 Syawwal 1106 H/1695M (Wan Mohd. Shaghir Abdullah:2008)

    Pengalaman kampung Bideun dan sosok Syeikh Abdur Rauf memang jarang diangkat ke permukaan. Yang menarik adalah sosok ulama ini dalam mengubah tatanan masyarakat yang sudah hancur menggunakan cara yang santun. Untuk mengubah komplek pelacuran dia memadukan kekuatan dunia dan batini. Dari aspek duniawi, dia memperlihatkan bagaimana seorang ulama yang ingin mencari rezeki yang halal, tanpa menadah tangan ke atas. Sedangkan dalam nuansa kebatinan dia mampu memperlihatkan bagaimana peran tarekat di dalam membasmi maksiat.

    Kampung Bideun memang tidak ada lagi pelacuran. Namun isu pelacuran di Aceh dan anak-anak Aceh yang menjadi pelacur di luar Aceh adalah fenomena yang tidak dapat disangkal. Karena itu, kita berhadap ada generasi seperti Syeikh Abdur Rauf yang mampu mengubah tatanan seperti kampung Bideun dan kampung-kampung lain yang sudah rusak di Aceh. Inilah sebenarnya harapan kita pada ulama saat ini, yaitu harus mengelola aspek dunia dan batini untuk memperbaiki moral masyarakat.

    Memberantas maksiat dengan lemah-lembut, bukan dengan paksaan. Terjun langsung ke lapangan dengan tinggal bersama mereka. Tidak membuat jarak atau memusuhi mereka. Tidak ada sikap anarkis yang diperlihatkan oleh Abdur Rauf dalam mengubah kampung rostitusi menjadi kampung yang islami.

    Demikian pula, Syeikh Abdur Rauf walaupun dikenal memiliki karya intelektual yang diakui di dunia, namun perannya dalam masyarakat tidak dapat diabaikan. Sebelum menjadi wali amri pemerintah Aceh, terlebih dahulu dia menjadi rakyat supaya mengerti betul masalah rakyat. Jadi, jika kemudian di Aceh ada isu menjadi wali nanggroe, maka perlu meniru gaya keulamaan Syeikh Abdur Rauf tersebut. Sebab, bagaimana pun persoalan Kampung Bideun pada era Sultanat, tetap bisa dijumpai pada masa sekarang. Hanya saja, kita belum mendapatkan sosok yang mirip dengan Syeikh Abdur Rauf.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Kampong biduen di aceh pada masa dulu Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top